8th April 2015
“Bila saya ditanya, apa yang paling menarik dari sebuah perjalanan atau suatu tempat selain keindahannya, saya pasti akan menjawab, manusianya!. Warna kulit, raut wajah, ekspresi, interaksi, bahasa, pakaian dan kebiasaan mereka yang berbeda dan unik selalu berhasil menjadi obyek yang menarik perhatian saya. Lalu apa yang bisa menyatukan mereka? Senyum… ya senyum.”
Hari pertama dari rangkaian empat belas hari perjalanan menelusuri Kerala, India bagian selatan ini rasanya lebih tepat disebut dengan pemanasan dan pembukaan. Perjalanan sesungguhnya belumlah dimulai. Hingga lewat tengah hari, waktu kami habiskan di Mascot Hotel untuk mengikuti rangkaian acara seremonial yang dipersiapkan oleh Departemen Pariwisata India. Sambutan pemerintah, pertemuan dengan media, perkenalan peserta, hingga pelepasan secara resmi oleh salah satu mentri berlangsung cukup lama. Diselingi makan siang, acara masih dilanjutkan dengan pembagianlocal sim card dan penggantian biaya tiket pesawat.
Dalam sambutan perwakilan pemerintah Kerala disampaikan bahwa, kami adalah hasil seleksi dari 702 peserta Kerala Blog Express world competition, yang dalam periode pemilihan berhasil mendatangkan kunjungan sebanyak 2, 2 juta pengunjung ke laman resmi https://keralablogexpress.com. Dari 24.000voters, terpilihlah 30 orang travel blogger yang berasal dari 21 negara. Sebagian besar dari mereka memang memiliki pekerjaan dan kehidupan tak jauh dari urusan travelling. Bahkan tak sedikit yang hidupnya nomaden, melakukan perjalanan keliling dunia, tinggal di suatu tempat atau suatu negara berbulan-bulan bahkan hingga bertahun-tahun lamanya.
Saya mencoba mengenali satu persatu peserta yang jumlahnya 30 orang ini. Ternyata tak mudah ya mengingat satu persatu nama mereka dalam waktu singkat. Rasanya masih takjub saja berada di antara mereka, para traveller tingkat dunia dengan bermacam keahlian dalam menulis, mengambil gambar dan membuat video dengan jam terbang yang sudah mendunia. Saya jadi merasa kecil diantara mereka. Tapi betapa beruntung saya, meski hanya ada lima peserta yang berasal dari Asia dan saya satu-satunya yang berasal dari Indonesia, interaksi antara kami begitu cair dan hangat. Saling sapa, saling lempar senyum, saling mengajak, berbincang dan bercerita.
Interaksi selama empat belas hari antar travel blogger inilah yang pada akhirnya menjadi kesan yang paling membekas kelak. Hingga pada setiap orang yang bertanya pada saya tentang apa yang paling menarik selama perjalanan bersama Kerala Blog Express 2, selain keindahan alam dan keunikan Kerala, adalah nikmatnya interaksi dan keseruan 30 orang yang berbeda dan masing-masing memunyai keunikan pada diri dan karakternya. Dari yang paling pendiam sampai yang paling rame. Dari yang paling wolessampai yang paling drama. Dari yang paling disiplin sampai dengan yang hampir selalu telat atau belakangan hadir. Dari yang paling serius sampai yang paling santai. Pokoknya, dari skala 1 sampai dengan 10 rasanya ada semua. Seru khan.
Karena senyum adalah bahasa yang paling universal.
Senyum dan sapa adalah bahasa yang paling universal dalam interaksi antar manusia. Tak berbeda dengan kami peserta Kerala Blog Express 2. Sapaan seperti, “hi Donna, how are you?, atau Good morning, Donna”, yang disertai senyum tulus selalu hadir diantara kami. Begitu juga sebaliknya. Dan itu tidak hanya berlaku di antara kami. Sebagaimana telah saya sampaikan pada tulisan saya sebelumnya bahwa salah satu kesan yang pertama saya dapat sesaat setelah kaki saya menjejak di Kerala, adalah keramahtamahan penduduknya. Hal inilah pada akhirnya membuat perjalanan saya menyenangkan.
Lihatlah senyum-senyum mereka yang saya temui ini. Mereka sangat bersahabat menerima orang asing seperti kami. Tak segan menyapa terlebih dahulu, dan selalu menjawab salam. Para pedagang pun tak keberatan kami melihat-lihat dan mengambil foto barang dagangannya meski urung membeli dan tetap melayani dengan senyum. Dan yang paling menyenangkan adalah mereka dengan senang hati bila diambil gambarnya, apalagi di ajak foto bersama, bahkan di beberapa tempat lain kemudian, tak jarang mereka yang meminta kita bersedia berfoto bersama mereka.
Tiga tempat yang sempat kami kunjungi pada hari itu adalah Sree Padmanabha Swamy Temple danPuthen Maliga Palace Museum yang berada di satu area, serta menikmati sunset di KTDC Samudra Hotel Kovallam. Waktu kunjungan yang padat, membuat saya tak sempat banyak meng-eksplore tempat-tempat tersebut. Terutama di Sree Padmanabha Swamy Temple, sebagaimana tempat ibadah pada umumnya, tentu saja ada beberapa aturan yang mengatur agar kesucian tempat ibadah dan kekhusuan penganutnya saat melakukan ibadah tetap terjaga. Saya pun memilih untuk menikmati suasana dari luar kuil sambil mengambil beberapa gambar yang menarik di sekitarnya.
Banyak pengunjung yang sebagian besar adalah Umat Hindu yang akan beribadah di kuil, beragam usia baik tua, muda ataupun anak-anak. Lelaki dan perempuan, sendirian, berpasangan atau bersama keluarga. Bahkan saya sempat juga melihat rombongan anak-anak sekolah yang datang didampingi guru mereka. Hal seperti ini yang jarang sekali saya lihat di tanah air, dan menjadi obyek yang menarik untuk diabadikan.
Di sekitar kuil juga ada semacam warung kopi tempat orang-orang mampir untuk sekedar minum kopi dan mengudap makanan kecil. Warung seperti ini banyak sekali tersebar di kota ini, penduduk di sini biasa melakukannya sambil berdiri di muka warung. Terkadang saya lihat, mereka berbincang satu sama lain sambil menghabiskan minumannya. Saya suka aroma cardamon –semacam kapulaga—yang menguap dari kopi atau teh mereka. Teh yang di bubuhi susu krim didalamnya, mengingatkan saya akan teh tarik di Indonesia.
Cerita mengenai Puthen Maliga Palace Museum –Kuthiramalika— insyaallah akan saya ulas khusus dalam satu tulisan. Akhirnya perjalanan hari ini ditutup tea break sambil menikmati keindahan mentari yang turun di KTDC Samudra Hotel, Kovallam.
Bersama burung-burung gagak yang hilir mudik terbang dan singgah di sekitar kami, serta ulah nakalnya yang sesekali mengintai makanan kecil di piring kami, saya menikmati jeritannya khasnya di sela-sela debur ombak yang memecah di pantai. Adzan Maghrib yang berkumandang dari kejauhan, membawa syukur saya mengangkasa. Sejauh ini kaki melangkah, di tempat yang tak pernah saya bayangkan sebelumnya, saya menikmati pergantian hari yang luar biasa. Alhamdulillah… terimakasih, Tuhan.