9th May 2014
PADA suatu pagi yang cerah di Taman Nasional Periyar, Kerala, saya sempat berkeringat dingin. Jadi seusai saya berfoto dengan tengkorak kepala seekor banteng di tengah padang rumput, petugas jagawana berkumis baplang langsung menghampiri. Bukan, bukan untuk meminta tanda tangan, tapi untuk menyampaikan sesuatu.
Seperti ini kira-kira perbincangan kami (terjemahan sudah disesuaikan supaya tidak menegangkan).
Petugas: “Mas, punya asuransi perjalanan?”
Saya: “Tentu saja. Kenapa?”
Petugas: “Bagus! Lain kali sampeyan jangan pakai kaus putih, ya!”
Saya: “Lho, kenapa?”
Petugas: “Pakaian warna putih atau terang bisa menarik perhatian hewan yang menguasai teritori ini, khususnya harimau atau gajah.”
Saya: “KYAAA! Saya kira bakal menarik perhatian lawan jenis, Pak!”
*berusaha nyantai padahal deg-degan*
Jujur, tak pernah terbayangkan sebelumnya jika saya bakal begitu dekat dengan ‘ancaman’ dalam perjalanan. Saya orang yang sehat dan mampu menjaga diri, namun ternyata manusia tetaplah makhluk lemah di alam liar. Apalagi Taman Nasional Periyar ini lokasinya terpencil di tengah pegunungan Western Ghats yang mengisolasi Kerala dengan negara bagian tetangga.
Pulangnya saya tak berani jauh-jauh dari rombongan yang kebetulan dikawal petugas jagawana bersenjata. Saya memang sudah terlindungi oleh asuransi
perjalanan (dimana salah satu benefit-nya adalah evakuasi medis dengan helikopter jika diperlukan), tapi saya juga tak mau gegabah menjadi incaran harimau ataupun gajah.
Tapi intinya, mau diincar harimau atau tidak, saya merasa aman selama blusukan di Kerala kemarin karena sudah terlindungi asuransi perjalanan.
Kira-kira apa jadinya kalau saya belum punya asuransi? Mungkin dialog di atas tadi bakal jadi seperti ini:
Petugas: “Mas, punya asuransi perjalanan?”
Saya: “Tidak. Kenapa?”
Petugas: “Sama dong! Susah cari asuransi yang cocok. Apalagi cari jodoh…”
*kemudian dia curhat*
*senderan di bahu*
****
Saya mulai mengenal asuransi perjalanan ketika ikut trip Ujung Kulon tahun 2008 silam. Biaya premi waktu itu sekitar Rp. 10.000 dan sudah termasuk dalam total cost yang sekian ratus ribu rupiah, jadi tak terasa memberatkan. Tahukah kamu kalau kami nyaris celaka diamuk badai di tengah laut ketika dalam perjalanan pulang dari Ujung Kulon?
Sejak itu saya merasa asuransi menjadi suatu keharusan. Lama kelamaan saya terbiasa menyelipkan variabel asuransi perjalanan dalam menyusun anggaran, minimal Rp. 10.000 per hari untuk trip domestik. Biasanya biaya premi asuransi perjalanan ini hanya mengambil jatah di bawah 10% total cost.
Awalnya saya kira asuransi perjalanan adalah sama dengan asuransi kesehatan. Kau pergi, kau sakit, kau bayar, kau pulang, kau klaim. Gambaran kasarnya seperti itu.
Tapi ternyata asuransi perjalanan punya jangkauan lebih luas lagi seperti:
– evakuasi medis dalam keadaan darurat
– penggantian nilai bagasi yang hilang/barang yang dicuri hingga kompensasi flight delay
– penerbangan salah seorang anggota keluarga ke lokasi jika dirimu sakit parah dalam perjalanan
– dan lain lain
Secara garis besar asuransi perjalanan punya nilai lebih dimana asuransi kesehatan biasa tak bisa melindungi.
Menurut pengamatan saya pribadi, ada tiga alasan kenapa kebanyakan pejalan ENGGAN mengurus asuransi perjalanan:
1) Repot daftarnya.
2) Kalau ada musibah dalam perjalanan, traveler harus keluar uang sendiri dulu, baru bisa diklaim kalau sudah pulang.
3) Lama klaimnya.
TRIK-nya adalah cari kebalikannya:
1) Hampir semua asuransi perjalanan kini membuka pendaftaran online. Bayar premi hingga terima polis pun bisa dilakukan online tanpa beranjak dari meja.
2) Cari yang punya keunggulan cashless alias tak
1) Hampir semua asuransi perjalanan kini membuka pendaftaran online. Bayar premi hingga terima polis pun bisa dilakukan online tanpa beranjak dari meja.
2) Cari yang punya keunggulan cashless alias tak perlu dana tunai demi mendapat pelayanan medis di tempat.
3) Memang butuh waktu untuk pembayaran klaim, namun selama dokumen pendukung lengkap, klaim anda bisa lebih cepat cair (jujur, saya belum pernah mengajukan klaim karena sejauh ini aman-aman saja, dan semoga jangan sampai kejadian).
1) Pastikan asuransi mempunyai batas tertinggi dalam biaya medis (umumnya hingga USD 100.000). Don’t be cheap with your health.
2) Perlindungan asuransi harus mencakup pula biaya medis berkelanjutan di negara asal, tindakan medis darurat pada gigi, evakuasi medis darurat (misal kau mengalami kecelakaan atau terjebak bencana alam), hingga jaminan kembali ke negara asal.
3) Pemberian kompensasi atas ketidaknyaman yang terjadi selama perjalanan, misal kehilangan/kerusakan barang (bagasi, dokumen perjalanan), hingga penggantian biaya perjalanan di luar rencana (pembatalan penerbangan oleh maskapai, hingga pembajakan pesawat).
4) Produk asuransi yang baik umumnya mencakup hal berikut:
– berlaku di hampir seluruh negara di dunia (termasuk negara-negara Schengen)
– cashless, yaitu kemudahan memperoleh layanan medis tanpa dana tunai
– menerima layanan klaim selama 24 jam
– dukungan jaringan asuransi internasional
5) Perhatikan pula baik-baik apa yang TIDAK termasuk dalam perlindungan produk asuransi. Biasanya meliputi kegiatan petualangan ekstrim (paragliding, bungee jumping, dll, dan sebagian scuba diving), kegiatan yang berhubungan dengan alkohol dan narkoba, hingga kegiatan yang menyebabkan celaka pada orang lain.
Last but not least, JELI sebelum memilih. Tiap asuransi menawarkan keunggulan masing-masing, jadi pilihlah yang paling sesuai dengan perjalananmu. Ada asuransi untuk single trip, ada pula asuransi tahunan. Ada asuransi untuk perorangan, ada pula asuransi keluarga/grup. Ada asuransi yang sudah meng-coverkegiatan scuba diving, ada yang belum (beruntung asuransi perjalanan yang saya pakai sudah termasuk).
Repot?
Lebih baik repot sekarang daripada menyesal di kemudian hari, apalagi ketika kau sedang berada ratusan/ribuan km jauhnya dari rumah.
No worries. Let’s travel.